Semarang, 10 Juli 2025 — Kampanye tanam pohon yang digelar di pesisir Desa Bedono, Kabupaten Demak, menjadi salah satu inisiasi langkah konkret dalam menghadapi ancaman abrasi untuk pemulihan populasi. Menjelang hari populasi dunia, kegiatan ini relevan tidak hanya menjadi bagian dari upaya pemulihan lingkungan, tetapi juga diharapkan menjadi contoh mitigasi pesisir yang bisa diterapkan di wilayah terdampak lainnya.
Kampanye penghijauan bertajuk #AMillionTree-Bedono ini menggalang dukungan publik untuk menanam 100.000 pohon mangrove di beberapa wilayah pesisir, termasuk Desa Bedono. Saat ini, inisiatif tersebut masih berada pada tahap pengumpulan donasi dan ditargetkan akan mencapai penanaman penuh pada awal tahun 2026.
Apabila target pohon tercapai, maka penanaman mangrove jenis Rhizophora dalam jumlah besar ini diproyeksikan mampu menyerap emisi karbon hingga sekitar 4.740 ton CO₂ per tahun. Estimasi tersebut mengacu pada rata-rata kapasitas penyerapan pohon Rhizophora, yakni sekitar 47,4 kilogram CO₂ per pohon per tahun. Selain berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim, kegiatan ini juga diharapkan memperkuat ketahanan ekosistem pesisir yang selama ini sangat rentan terhadap abrasi dan kenaikan muka air laut.
Urgensi kampanye ini tak lepas dari kondisi kritis yang dialami Desa Bedono. Terletak di Kecamatan Sayung, wilayah ini tercatat sebagai salah satu daerah pesisir dengan tingkat abrasi paling parah di Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian, sepanjang 1990 hingga 2019, Desa Bedono kehilangan lahan seluas 331,35 hektare akibat abrasi, angka tertinggi dibandingkan desa-desa sekitar, dengan laju kerusakan mencapai rata-rata 122 hektare per tahun pada periode 2003–2007.
Dampak kerusakan juga terlihat dari menurunnya vegetasi mangrove, terutama luasan mangrove yang awalnya mencapai sekitar 235 ha di tahun 2016, terjun turun menjadi 168 ha pada 2021, menyusut sebesar 67 ha atau sekitar 28 %. Kondisi ini melemahkan pertahanan alami pesisir terhadap gelombang tinggi dan rob, serta mempercepat intrusi air laut.
Lebih lanjut, studi menunjukkan bahwa sekitar 200 unit rumah penduduk telah tenggelam ke dalam laut dalam dua dekade terakhir akibat abrasi dan banjir rob. Akibatnya, banyak warga harus direlokasi dan kehilangan mata pencaharian yang semula bergantung pada pertanian dan tambak
Penanaman mangrove dipilih sebagai bentuk adaptasi berbasis ekosistem (EbA) untuk memperlambat dampak abrasi dan memperbaiki kualitas lingkungan pesisir. Jenis Rhizophora memiliki akar tunjang yang kuat dan terbukti efektif dalam menahan gelombang air laut.
Kegiatan ini merupakan bagian dari target jangka panjang penanaman 1 juta pohon di berbagai wilayah rentan iklim di Indonesia. Proses penanaman di Bedono dilakukan secara bertahap, dengan jadwal tanam berikutnya apabila target yang ditetapkan tercapai.
Selain fungsi ekologis, program ini juga berdampak pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat lokal. Sejumlah kelompok petani dan warga sekitar dilibatkan dalam kegiatan pembibitan, penanaman, dan pemantauan, yang menjadi sumber penghasilan alternatif di tengah menurunnya hasil tangkapan laut akibat perubahan iklim.
Berdasarkan laporan dari platform penghijauan yang memfasilitasi kegiatan ini, donasi masih terus dibuka hingga 29 Desember 2025, dengan pelaporan kemajuan dilakukan secara berkala. Setiap masyarakat yang peduli lingkungan, terbuka untuk turut serta berdonasi, mendukung kesuksesan kampanye ini.
Hari Populasi Dunia yang diperingati setiap tahun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi momentum untuk menyoroti dampak pertumbuhan penduduk terhadap sumber daya alam, ketahanan iklim, dan keberlanjutan lingkungan hidup. Kampanye seperti di Bedono menunjukkan bahwa keterlibatan publik dalam skala mikro dapat berkontribusi terhadap isu makro seperti krisis iklim dan kerusakan lingkungan pesisir.
Artikel ini juga tayang di vritimes